ORANG yang ilmunya sedikit, justru biasanya paling kencang bicaranya. Merasa paling tahu dan paling mengerti. Padahal untuk menilai seseorang itu ada ilmunya. Antara lain, psikologi, ilmu filsafat dan lain-lain. Walaupun sarjana psikologi atau sarjana filsafat, kalau lulusnya tidak cum laude, tentu hasil analisanya masih perlu diragukan. Andaikan Mbah Maridjan punya 10 teman dekat, belum tentu semua teman dekatnya punya penilaian yang sama.
Salah faham 1:Dikira juru kunci Gunung Merapi
Hampir semua orang,mungkin juga semua Facebooker menganggap Mbah Maridjan itu juru kunci Gunung Merapi. Sejak awal saya meragukan predikat itu. Terbukti, Sri Sultan Hamengku Bhuwono X (SSHB X) sendiri yang mengatakan bahwa Mbah Maridjan bukan juru kunci Gunung Merapi, melainkan juru kunci Kraton untuk upacara-upacara tertentu di Gunung Merapi.
Salah faham 2:Bisa membaca roh Gunung Merapi
Orang yang betul-betul faham agama tentu tersenyum mendengar kalimat itu. Tak ada satupun agama di dunia ini yang mengakui bahwa gunung punya roh. Kecuali itu faham animisme.Atau, Mbah Maridjan dianggap punya “ilmu titen”,bisa membaca gejala-gejalan Gunung Merapi dan mengabaikan hasil pemantauan BMKG.Kalau pada gempa tahun-tahun sebelumhya Mbah Maridjan selamat, bisaa saja karena faktor kebetulan.
Salah faham 3:Bisa berkomunikasi dengan Gunung Merapi
Ini juga tak rasional. Pakai ilmu apa? Pakai ilmu metafisikapun tidak mungkin.Pakai ilmu klenik tau mistik juga tak mungkin. Tuhan hanya memberikan bahasa kepaada mahluk hidup, baik itu hewan,manusia,setan maupun malaikat.Tidak kepada benda mati.Atau ada anggapan Mbah Maridjan punya indera keenam,intuisi atau firaasaat yang kuat,yang semuanya belum terbukti secara ilmiiah maupun empiris.
Salah faham 4: Menjaga keseimbangan Gunung Merapi dan Laut Selatan
Karena Keraton Yogyakarta berada antara Gunung Merapi dan Laut Selatan maka supaya Kraton senantiasa aman, perlu sosok yang bisa menyeimbangkan antara Gunung Merapi dan Laut Selatan. Padahal upacara-upacara yang dilakukan hanya merupakan simbol-simbol saja.Toh, Yogya pernah diguncang gempa dahsyat.
Salah faham 5: Menyelamatkan warga Guunung Merapi
Banyak orang mengatakan, Mbah Maridjanlah yang menyelamatkan warganya dari letusan Gunung Merapi. padahal, Mbah Maridjan tahunya Gunung Merapi akan meletus adalah dari Tim SAR atau para petugas vulkanologi.Dan yang menyelamatkan warga sesungguhnya Tim SAR dan organisasi-organisasi sosial lainnya.
Salah paham 5: Dianggap punya jasa yang luar biasa
Salah besar. Mbah Maridjan tidak punya jasa yang hebat. Bahkan Sultan HB X pun melakukan pemakaman Mbah Maridjan biasa-biasa saja. Tak ada acara khusus.
Salah paham 6: Dianggap Mati Khusnul Qotimah
Banyak yang menilai Mbah Maridjan meninggal dalam rangka menjalankan tugas dan meninggal secara khusnul qotimah karena tepat saat shalat. Kalau Mbah Maridjan benar-benar faham ajaran Islam, tentu harus mengerti bahwa menyelamatkan nyawa dari bencana hukumnya wajib (fardlu ain).Soal shalat, seharusnya menyelamatkan diri dan kemudian shalat di tempat yang aman.Bukan shalat di tempat bencana.Kematian Mbah Maridjan juga bukan karena takdir.Tapi salahnya sendiri.
Salah faham 7: Pengabdian yang luar biasa
Tidak juga. Buktinya SSHB X tidak memberikan penghargaan secara berlebihan. Kalau mengabdi sebagai juru kunci keraton itu sudah sewajaarnya dan itu banyak dilakukan para pegaawai keraton (alaupun gajinya kecil).
Salah faham 8: Menganggap Mbah Maridjan sebagai superhero
Saking nggak ngertinya tentang Mbah Maridjan, sampai-sampai ada yang mengusulkan agar Mbah Maridjan diberi gelar pahlawan. Logikanya di mana? Mbah Maridjan itu bukan pahlawan, bukan paranormal, bukan metafisikawan, bukan ahli vulkanologi, bukan ahli psikologi atau filsafat. Mbah Maridjan Cuma menjalankan tugas-tugas keraton untuk mengadakan upacara-upacara selamatan agar warga Gunung Merapi pada khususnya dan warga Yogyakarta umumnya terhindarkan dari bencana. Jadi doa-doa biasa saja. Doa-doa berdasarkan budaya Yogya.
Salah faham 9: Menganggap Mbah Maridjan konsekuen memegang teguh prinsip.
Banyak orang dekat Mbah Maridjan merasa paling mengerti soal Mbah Maridjan.Padahal untuk memahami Mbah Maridjan harus menguasai psikologi,ilmu filsafat secara paripurna. Mmegang teguh prinsip?Prinsip yang mana? Benarkah prinsipnya?
Salah fahan 10: Menganggap Mbah Marijan meninggal demi tugas dan pengabdian
Ada yang menganggap Mbah Maridjan meninggal karena konsekuen dengan tugasnya. Padahal, tugas Mbah Maridjan yang di daapat dari keraton yaitu melakukan upacara doa saja. Jadi, kalau Mbah Maridjan meninggal diserbu “wedhus gembel”, itu bukan karena karena konsekuen dengan tugasnya, tetapi adanya cara berlogika dan keyakinan yang salah.
Catatan:
Sepuluh kesalahan berlogika di atas di daalam ilmu logikadisebut “Fanatic Logic Error”
Sumber : http://ffugm.wordpress.com/