BANYAK orang bangga bicara tentang positive thinking. Padahal positive thinking sudah merupakan teori jadul dan dikalahkan oleh teori baru bernama “comprehensive thinking”
Dunia pemikiran adalah bidang ilmu filsafat. Oleh karena pembahasan positive thinking (PT) dan comprehensif thinking (CT) perlu disertai contoh. Jika tidak, akan terjadi bias-bias logika yang akan menjerumuskan seseorang pada kesimpulan yang keliru.
Contoh:
Di dalam kasus Bibit-Chandra, akan terlihat bedanya PT dan CT sbb:
Positive thinking:
-Ada gerakan pro Bibit-Chandra.Mereka mengatakan Bibit-Chandra benar. Ini positive thinking.
-Ada gerakan pro polri. Mereka mengatakan polri benar. Ini positive thinking.
Comprehensive thinking:
-Melihat Bibit-Chandra dari sisi benar dan sisi salah dan sekaligus melihat polri dari sisi benar dan salah.
Kesimpulan:
1.Positive thinking bersifat subjektif
2.Lebih tepat untuk digunakan memotivasi diri sendiri atau orang lain
1.Coprehensive thinking bersifat objektif
2.Lebih tepat untuk menganalisis sebuah masalah
Dari sudut ilmu filsafat jelas bahwa PT sangat berbeda dengan CT.
PT juga tidak bisa disamakan dengan CT.
Tidak bisa dikatakan CT itu merupakan gabungan antara positive dan negative.
Bagi CT, positif adalah positif dan negatif adalah negatif.
CT mengakui adanya kedua realita itu.
Sedangkan PT cenderung mengabaikan realita negatif
atau menegasikan eksistensi daripada nuansa negatif.
Dari sudut ilmu filsafat pula, PT dan negative thinking (NT) dua hal yang berbeda eksistensi maupun esensinya.
Oleh karena itu adalah tidak mungkin menjadikan yang negatif menjadi positif.
Jadi, CT bukanlah PT yang menjadikan negatif menjadi positif.
Itu beda epistemologinya.
Jadi,positive thinking (PT) tidak sama dengan comprehensive thinking (CT)
Sumber : http://ffugm.wordpress.com/